Jumat, 15 Mei 2015

PERGERAKAN MAHASISWA

PERGERAKAN MAHASISWA


Marilah sejenak kita kembali membuka lembaran sejarah kita ketika aksi mahasiswa merebak di berbagai penjuru tanah air di era `66,`98 yang mampu bersama-sama dengan berbagai elemen masyarakat Buruh,Tani menggulingkan rezim pemerintah orde baru yang telah lama berkuasa selama 31 tahun, hal tersebut terjadi karena kekecewaan rakyat pada pemerintah, yang korupsi , Diskriminasi, Pemerintah yang otoriter, pembungkaman media sehingga berita-berita yang didapatkan oleh masyarakat hanyalah citra baik pemerintah waktu itu .

Yang menurut rakyat waktu itu hanyalah untuk menguntungkan diri pribadi dan keluarga dekatnya, berdasarkan alasan-alasan itulah Aktivis mahasiswa berhasil menggaet simpati rakyat Indonesia sehingga mampu menggulingkan pemerintahan rezim Soeharto, walaupun tekanan yang bertubi-tubi yang dihadapi Aktivis Mahasiswa, mereka tetap tak gentar melawan tirani pemerintah rezim Orba, karena memang pada saat itu mahasiswa secara murni memperjuangkan hak-hak rakyat dan melawan ketidak adilan di negeri ini, tanpa ada unsur politik yang menunggangi mereka, sehingga Mahasiswa terkenal memiliki sifat independensi yang kental dan terkenal dengan sebutan Agent Of Change.

Saat ini (2015) ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan ( yang menurut mahasiswa tidak pro terhadap rakyat) pasti akan menuai protes dari kalangan Mahasiswa dan menggalang massa untuk aksi besar-besaran. Pada umumnya seperti yang kita ketahui aksi protes yang dilakukan mahasiswa cenderung tidak produktif dan tidak menggunakan intelektualitasnya didalam menyikapi berbagai kebijakan pemerintah, diantara mereka banyak melakukan aksi-aksi pengrusakan fasilitas umum yang akan merugikan masyarakat, diantara mereka ada yang menyegel SPBU, memblokir jalan, merusak lampu trafic Light, membakar fasilitas umum dan lain sebagainya yang sebagai kaum akademis tidak sepantasnya untuk dilakukan. Alhasil, tak jarang kita menemui di setiap aksi mahasiswa akan berbuah bentrokan dengan aparat keamanan. Yang terjadi kemudian adalah mahasiswa menyalahkan aparat yang cenderung “resesif”,sementara aparat menyalahkan mahasiswa yang cenderung “anarkis”, jadinya hanya selalu saling menyalahkan.

Memang kejadian brutal mahasiswa disaat melakukan aksi sangat disayangkan, sebagai kalangan yang setiap harinya berkecimpung di dunia akademis seharusnya menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan terlebih lagi harus lebih meneliti dan kritis didalam menyikapi setiap kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah, yang terjadi selama ini mayoritas dari peserta aksi tidak mengetahui esensi dan urgensi yang harus diperjuangkan. Padahal, hal tersebut yang menjadi dasar kita melaksanakan aksi.

Melihat kenyataan yang ada, telah terjadi sedikit perbedaan antara tertangkapnya aktivis mahasiswa di era lalu dengan era sekarang. Di era yang lalu (66 dan 98), aktivis mahasiswa ditangkap dan dipenjara karena “ideologis dan pemikiran” mereka yang berseberangan dengan pemerintah. Sehingga di masa tersebut mahasiswa dianggap sebagai Agent Of Change dan kental nuansa Independensi. Pada era tersebut, mahasiswa berhasil meraih simpati masyarakat.

Ironisnya, di era sekarang aktivis mahasiswa ditangkap karena “tindakan” mereka yang cenderung membuat kerusakan dan mengganggu ketertiban umum, sehingga banyak masyarakat yang menilainya sebagai tindakan anarkis. Aktivis mahasiswa dipandang sinis oleh sebagian besar masyarakat, karena lebih kental aroma “politis” dibandingkan “sifat kritis”. Bahkan dibeberapa elemen gerakan mahasiswa telah “ditunggangi” oleh kepentingan politisi, untuk menyerang lawan-lawan politiknya.

Sebagai insan akademis haruslah memiliki intelektualitas pada dirinya, hal inilah yang menjadi cermin bahwa mahasiswa itu sebagai akademisi yang memiliki idealis dan intelektualitas yang tinggi serta berbudi luhur, sehingga masyarakat memiliki kepercayaan atas perjuangan mahasiswa yang mengatas namakan rakyat.

Aksi mahasiswa adalah amanat dari ummat kepada kita sebagai kaum intelektual, di mana amanat tersebut tak boleh kita salah gunakan dalam melakukan kegiatan/tindakan yang justru merugikan bahkan menyusahkan ummat. Oleh sebab itu, aksi mahasiswa haruslah dikembalikan pada awalnya sebagai penyampaian derita dan keluh-kesah rakyat kepada penguasa, yang tentunya dilaksanakan dengan cara-cara yang tak menambah derita rakyat.

(Dikutip Dari Berbagai Sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar